MAKALAH BAKTERIOLOGI
“PERHITUNGAN
JUMLAH MIKROBA”
Disusun oleh :
Asti Dwi
Nugraheni (A.102.08.006)
Desi
Purnaningsih (A.102.08.013)
Desy
Novianitasari (A.102.08.014)
Desty
Wulandari (A.102.08.016)
AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Bakteri merupakan mikro uniseluler. Pada umumnya bakteri
tidak mempunyai klorofil. Ada beberapa yang fotosintetik dan reproduksi
aseksualnya secara pembelahan. Bakteri tersebar luas di alam, di dalam tanah,
di atmosfer, di dalam endapan-endapan lumpur, di dalam lumpur laut, dalam air,
pada sumber air panas, di daerah antartika, dalam tubuh manusia, hewan, dan
tanaman. Jumlah bakteri tergantung pada keadaan sekitar. Misalnya, jumlah
bakteri di dalam tanah tergantung jenis dan tingkat kesuburan tanah
Pengamatan bakteri dapat dilakukan secara individual, satu
per satu, maupun secara kelompok dalam bentuk koloni. Bila bakteri yang
ditumbuhkan di dalam medium yang tidak cair, maka akan terjadi suatu kelompok
yang dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap spesies, dan
bentuk tersebut merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu.
BAB
II
PEMBAHASAN
Jumlah mikroba suatu bahan dapat ditentukan dengan
bermacam-macam cara, tergantung pada bahan dan jenis mikroba yang ditentukan. Dalam analisa mikrobiologi, menghitung jasad renik
mikroorganisme suatu sediaan, harus diperhitungkan sifat-sifat dari bahan yang
akan diperiksa, terutama: kelarutan, kemungkinan adanya zat anti mikroba, dan
derajat kontaminasi yang dperkirakan.
Penyebaran mikroorganisme yang tumbuh pada bahan hasil
pertanian pada hasil olahnya pada umumya terdiri dari bakteri, jamur/kapang,
virus dan disamping itu terdapat juga binatang satu sel. Pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme dalam bahan (makanan), akan menyebabkan
perubahan-perubahan tertentu yaitu : perubahan yang bersifat fisik dan dan
kimiawi, sebagai contoh yaitu: konsistensi bahan menjadi lunak, timbul gas atau
aroma tertentu dan zat racun yang membahayakan. Jumlah penyebaran
bakteri/mikroorganisme pada bahan (makanan) yang sedang mengalami pembusukan
sangat bervariasi jumlahnya dan tidak sama jenis (species)-nya serta tergantung
pada: varietas, habitat, susunan kimia, cara penanganan, suhu penyimpanan, dan
lain-lain.
Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni dapat
dianggap bahwa setiap koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka dengan
menghitung jumlah koloni dapat diketahui penyebaran bakteri yang ada pada
bahan. Jumlah mikroba pada suatu bahan dapat dihitung dengan berbagai macam
cara, tergantung pada bahan dan jenis mikrobanya.
Ada 2 macam cara perhitungan jumlah mikroba/bakteri, yaitu
perhitungan secara langsung (direct method) dan tidak langsung (indirect
method).
A.
PERHITUNGAN JUMLAH MIKROBA SECARA
LANGSUNG
Cara ini dipakai untuk menentukan jumlah mikroba dihitung
secara keseluruhan, baik yang mati atau yang hidup.
Berbagai cara perhitungan mikroba
secara langsung menggunakan:
1.
Menggunakan Kamar Hitung (Counting
Chamber)
Perhitungan
ini dapat menggunakan hemositometer. Peteroff Hauser Bacteria Counter atau
alat-alat lain yang sejenis. Dasar perhitungannya ialah dengan menempatkan satu
tetes suspense bahan atau biakanmikroba pada alat tersebut ditutup dengan gelas
penutup kemudian diamati dengan mikroskop yang perbesarannya tergantung pada
besar kecilnya mikroba. Dengan menentukan jumlah sel rata-rata tiap petak
(ruangan) yang telah diketahui volumenya, dari alat tersebut dapat ditentukan
jumlah sel mikroba tiap cc.
Prinsip
dari perhitungan Petroff-Hauser yaitu melakukan perhitungan dengan pertolongan
kotak-kotak skala, di mana dalam setiap ukuran skala seluas 1 mm2 terdapat
25 buah kotak besar dengan luas 0,04 mm2, dan setiap kotak besar
terdiri dari 16 kotak kecil. Alat haemocytometer digunakan di bawah
mikroskop, sisinya mempunyai ukuran 0,05 mm. Sedangkan satu kotak sedang
berukuran nilai 0,2 mm. Dan tebal nya adalah 0,1 mm. Jumlah sel per
mL sampel dapat dihitung sebagai berikut:
1. Jumlah sel
dalam 25 kotak besar = Jumlah sel per kotak besar × 25 kotak
2. Jumlah sel per
mm3 sampel = Jumlah sel dalam 25 kotak besar × (1/0,02)
3. Jumlah sel per
ml sampel = Jumlah sel per mm3 sampel × 103
1. = Jumlah sel
per kotak besar × 25 kotak× (1/0.02)x 10^3
4. Jumlah sel per
ml sampel = Jumlah sel per kotak besar × 25 kotak × 50 × 103
Misalnya : didapatkan
jumlah mikroba yang mau dihitung 12 sel mikroba, maka jumlah sel per ml sampel
adalah: 12 × 1,25 × 106 = 1,5 × 107.
Hemasitometer adalah metode perhitungan secara mikroskopis. Ruang hitung terdiri dari 9 kotak
besar dengan luas 1 mm². Satu kotak besar di tengah, dibagi menjadi 25 kotak
sedang dengan panjang 0,05 mm. Satu kotak sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak
kecil. Dengan demikian satu kotak besar tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal
dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm. Sel bakteri yang tersuspensi akan memenuhi
volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah bakteri per satuan volume dapat
diketahui.
Kelebihan perhitungan sel dengan menggunakan hemasitometer adalah dapat
menghitung jumlah sel yang hidup maupun yang mati, tergantung dari pewarna yang
digunakan. Misalnya. Bila pewarna trypan blue dicampurkan kedalam larutan sel
maka sel yang hidup tidak akan berwarna dan sel yang mati akan berwarna biru.
Kelebihan lainnya adalah morfologi sel dapat diamati, dapat mengevaluasi
homogenitas dan data mendeteksi.
2.
Menggunakan
Cara Pengecatan dan Pengamatan Mikroskopik
Pada cara ini mula-mula dibuat
preparat mikroskopik pada gelas benda, suspensi bahan atau biakan mikroba yang
telah diketahui volumenya diratakan diatas gelas benda pada suatu luas
tertentu. Setelah itu preparat dicat dan dihitung jumlah rata-rata sel mikroba
tiap bidang pemandangan mikroskopik. Luas bidang pemandangan mikroskopik
dihitung dengan mengukur garis tengahnya. Jadi jumlah mikroba yang terdapat
pada gelas benda seluruhnya dapat dihitung. Dengan perhitungan dapat diperoleh
jumlah mikroba tiap cc bahan/cairan yang diperiksa.
Cara yang hampir sama dan biasa
dipakai untuk menghitung jumlah bakteri , ialah dengan mencampurkan 1 cc biakan
bakteri dengan 1 cc darah manusia. Setelah homogen dibuat preparat mikroskopik.
Dari perbandingan jumlah rata-rata jumlah sel bakteri dan jumlah sel darah
merah dalam tiap bidang pemandangan, jumlah
bakteri tiap cc dapat dihitung ,sebab darah manusia yang normal
mengandung 5 juta sel darah merah tiap cc.Perbandingan darah dengan bakteri
yaitu 1:1.
3.
Menggunakan
Filter Membran
Mula-mula disaring sejumlah volume
tertentu suatu suspensi bahan atau biakan mikroba, kemudian disaring dengan
filter membran yang telah disterilkan terlebih dahulu. Dengan menghitung jumlah
sel rata-rata tiap saat satuan luas pada filter membran, dapat dihitung jumlah
sel dari volume suspense yang disaring. Jika perhitungan secara biasa susah,
perlu dilakukan pengecatan pada filter membran, kemudian filter membran
dijenuhi dengan minyak imersi supaya tampak transparan.
Keuntungan metode ini
ialah pelaksanaannya cepat dan tidak
memerlukan banyak peralatan.
Kelemahannya sebagai
berikut:
a)
Sel-sel
mikroba yang telah mati tidak dapat dibedakan dari sel yang hidup. Karena itu
keduanya terhitung. Dengan kata lain hasil yang diperoleh ialah jumlah total
sel yang ada di dalam populasi. Pada beberapa macam sel eukariotik, penambahan
zat warna tertentu (misalnya biru metilen sebanyak 0,1 %) pada sampel yang akan
dihitung dapat membedakan sel hidup dari sel mati. Pada sel khamir misalnya
baik sel hidup maupun sel mati akan menyerap biru metilen namun hanya sel hidup
mampu mereduksi zat warna tersebut secara enzimatik menjadi tidak berwarna;
jadi sel-sel mati akan tampak biru.
b)
Sel-sel yang
berukuran kecil sukar dilihat di bawah mikroskop, seperti bakteri karena
ketebalan hemasitometer tidak memungkinkan digunakannya lensa obyektif celup
minyak, sehingga kalau tidak teliti tidak terhitung. Hal ini
biasanya diatasi dengan cara mewarnai sel sehingga menjadi lebih mudah dilihat.
c)
Untuk
mempertinggi ketelitian, jumlah sel di dalam suspensi harus cukup tinggi, minimal untuk
bakteri 106 sel/mL. Hal ini disebabkan dalam setiap bidang
pandang yang diamati harus terdapat sejumlah sel yang dapat dihitung
d)
Tidak dapat digunakan
untuk menghitung sel mikroba di dalam
bahan yang banyak mengandung debris atau ekstrak makanan, karena hal tersebut
akan mengganggu dalam perhitungan sel.
e)
Kelemahan lain adalah sulitnya menghitung sel yang berukuran
sangat kecil seperti bakteri karena ketebalan hemasitometer tidak memungkinkan
digunakannya lensa obyektif celup minyak. Hal ini biasanya diatasi
dengan cara mewarnai sel sehingga menjadi lebih mudah dilihat. Kadang-kadang
sel cenderung bergerombol sehingga sukar membedakan sel-sel individu. Cara
mengatasinya ialah mencerai-beraikan gerombolan sel-sel tersebut dengan
menambahkan bahan anti gumpal seperti dinatrium etilen diamin tetraasetat dan
Tween 80 sebanyak 0,1 %.
B.
PERHITUNGAN
JUMLAH MIKROBA SECARA TIDAK LANGSUNG
Jumlah mikroba dihitung secara
keseluruhan baik yang mati atau yang hidup atau hanya untuk menentukan jumlah
mikroba yang hidup saja, ini tergantung cara-cara yang digunakan.
Untuk menentukan jumlah miroba yang
hidup dapat dilakukan setelah larutan bahan atau biakan mikroba diencerkan
dengan factor pengenceran tertentu dan ditumbuhkan dalam media dengan cara-cara
tertentu tergantung dari macam dan sifat-sifat mikrobanya.
Perhitungan jumlah mikroba secara
tidak langsung ini dapat dilakukan dengan:
1.
Menggunakan Centrifuge
Harus ditutup kapas supaya tidak terkontaminasi bakteri
lain. Caranya adalah 10 cc biakan cair mikroba dipusingkan dengan menggunakan
centrifuge biasa dan digunakan untuk dipertanggungjawabkan, maka kecepatan dan
waktu centrifuge harus diperhatikan. Setelah diketahui volume mikroba
keseluruhannya , maka dapat dipakai untuk menentukan jumlah sel-sel mikroba
tiap cc, yaitu dengan membagi volume mikroba keseluruhan dengan volume
rata-rata tiap sampel. Dengan kecepatan 3500-6000 rpm dan dengan waktu 5-10
menit.
2.
Berdasarkan kekeruhan
(turbiditas/turbidimetri)
Turbidimetri merupakan metode yang cepat untuk menghitung jumlah
bakteri dalam suatu larutan menggunakan spektrofotometer. Bakteri menyerap cahaya sebanding
dengan volume total sel (ditentukan oleh ukuran dan jumlah). Ketika mikroba bertambah jumlahnya atau
semakin besar ukurannya dalam biakan cair, terjadi peningkatan kekeruhan dalam
biakan. Kekeruhan dapat disebut optical density (absorbsi cahaya,
biasanya diukur pada panjang gelombang 520 nm – 700 nm). Untuk mikroba
tertentu, kurva standar dapat memperlihatkan jumlah organisme/ml (ditentukan
dengan metode hitungan cawan) hingga pengukuran optical density (ditentukan
dengan spektrofotometer).
Dasar penentuan
cara ini adalah jika seberkas sinar dilakukan pada suatu suspensi bakteri, maka
makin pekat (keruh) suspensi tersebut makin besar intensitas sinar yang
diabsorbsi, sehingga intensitas sinar yang diteruskan makin kecil.
Untuk keperluan
ini digunakan alat-alat seperti
fotoelektrik, turbidimeter, elektrofotometer,spektrofotometer, nefelometer, dan
alat-alat lainyang sejenis. Alat-alat tersebut menggunakan sinar monokromatik
dengan panjang gelombang tertentu.
Turbidimeter
merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai
perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas
cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika
kondisi-kondisi lainnya konstan. Metode pengukuran turbiditas dapat
dikelompokkan dalam tiga golongan , yaitu pengukuran perbandingan intensitas
cahaya yang dihamburkan terhadap intensitas cahaya yang datang; pengukuran
efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di
dalam lapisan medium yang keruh. instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut
sebagai Tyndall meter. Dalam instrumen ini intensitas diukur secara
langsung. Sedang pada nefelometer, intensitas cahaya diukur deagan den-an
larutan standar. Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan.
Turbiditas berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi
turbiditas tergantung. juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio
Tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding
terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya.
Dengan
mengetahui presentase sinar yang diabsorbsi (sinar yang dteruskan) dan
dibandingkan dengan standar mikroba yang telah diketahui jumlahnya tiap cc,
maka dapat diketahui jumlah mikroba tersebut tiap ccnya.
Alat yang
paling sederhana untuk penentuan cara tersebut dapat memakai komparator blok,
tetapi penggunaan alat ini kesalahannya sangat besar sebab pengamatannya hanya
menggunakan mata biasa.
3.
Menggunakan Perhitungan Elektronik
(Elektronic Counter)
Alat ini dapat digunakan untuk
menentukan beribu-ribu sel tiap detik secara tepat. Prinsip kerja alat ini
yaitu adanya gangguan-gangguan pada aliran ion-ion (listrik) yang bergerak
diantara dua electrode. Penyumbatan sementara oleh sel mikroba pada pori sekat
yang terdapat diantara kedua electrode itu menyebabkan terputusnya aliran
listrik. Jumlah pemutusan aliran tiap satuan waktu dihubungkan dengan kecepatan
aliran cairan yang mengandung mikroba merupakan ukuran jumlah mikroba dalam
cairan tersebut.
4.
Berdasarkan
Analisa Kimia
Cara ini didasarkan atas hasil
analisa kimia sel-sel mikroba. Makin banyak sel-sel mikroba, makin besar hasil
analisa kimianya secara kuantitatif.
Yang dipakai sebagai dasar penentuan
umumnya kandungan protein, asam-asam nukleat (DNA dan RNA) atau fosfor dari
asam-asam nukleat.
5.
Berdasarkan
Berat Kering
Cara ini terutama digunakan untuk
penentuan jumlah jamur benang misalnya dalam industry mikrobiologi.Kenaikan
berat kering suatu mikrobia berarti juga kenaikan sintesa dan volume sel-sel
yang dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia.
6.
Menggunakan
Cara Pengenceran
Cara pengenceran ini dipakai untuk
menentukan jumlah mikroba yang hidup saja Dasar perhitungannya adalah dengan
mengencerkan sejumlah volume tertentu suatu suspense bahan atau biakan mikroba
secara bertingkat, setelah diinokulasikan ke dalam medium dan diinkubasikan,
dilihat pertumbuhan mikrobanya. Misalnya suatu seri pengenceran dengan kelipatan
sepuluh pada pengenceran 1:10000 , tetapi pada pengenceran 1:100000 tidak ada
pertumbuhan, berarti secara teoritis jumlah mikroba pada suspense bahan atau
biakan mikroba antara 10000 dan 100000 tiap cc per ml sampel.
7.
Menggunakan
Cara Most Probable Number (MPN)
Menggunakan
media cair, contoh laktosa broth. Prinsip metode ini adalah menggunakan
media cair di dalam tabung reaksi dan menggunakan tabung durham (untuk melihat
gas). Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu
ditumbuhi mikroba setelah diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan
tabung yang positif dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuk
gas di dalam tabung durham (tabung kecil dengan posisi terbalik). Metode MPN
biasanya dilakukan untuk pengujian air minum, dengan 3-5 seri tabung.
Prosedurnya dilakukan
dengan beberapa tahap, yaitu:
Tahap 1: Uji pendahuluan (presumtif)
Dimasukkan sampel ke dalam 3 seri tabung yang
telah berisi laktosa browth (media) dan 3 seri tabung durham, dengan rincian:
seri pertama berisi 10 ml, seri kedua berisi 1 ml, dan seri ketiga berisi 0,1
ml. Diinkubasi pada suhu 35C-37C selama 24 jam. Dihitung jumlah tabung yang
positif yaitu terbentuknya gas dan kekeruhan pada tabung durham. Fermentasi
laktosa menjadi asam dan gas (1/10 sebagian tabung durham).
Tahap
2: Uji penegasan (konfirmasi
untuk bakteri non fekal dan fekal)
Untuk
bakteri non fekal (contoh:Enterobacter aeroginas), suspensi yang positif
dari uji presumtif ditanam pada media BGLBB(Briliant Green Lactosa Bile Broth),
diinkubasi pada suhu 36C selama 24 jam,sedangkan untuk bakteri fekal (contoh: E.
Coli) diinkubasi padasuhu 44,5C selama 24 jam.
Tahap 3: Uji lengkap (Complete
Test)
Yaitu
dengan menggunakan media spesifik, misalnya dengan media endo agar (untuk
Enterobacter aeroginas) dan eosin metilen blue(untuk E.Coli).
Keuntungan:
a)
Dapat dibuat sangat peka dengan penggunaan volume inokulum yang
berbeda-beda
b)
Bahan-bahan dapat dipersiapkan untuk tugas lapangan
c)
Media pertumbuhan selektif dapat digunakan untuk menghitung jenis
mikroba yang diinginkan diantara jenis-jenis lain yang ada di dalam bahan
pangan/sampel tersebut
Kerugian:
a) Dibutuhkan banyak
pengulangan untuk memperoleh hasil yang lebih teliti.
b) Untukanalisa air
digunakanlaktosa broth,sedangkan bakteri asam laktat pada susudigunakanBGLBB
(Briliant Green Lactosa Bile Broth)
8.
Menghitung
Dengan Metode Cawan
Prinsip metode ini
adalah sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan padamedia agar padat, maka sel
mikroba tersebut akan berkembangbiak dan membentuk koloni yang dapat dilihat
langsung dengan mata tanpa mikroskop. Sebaiknya jumlah koloni mikroba yang
tumbuh dan dapat dihitung berkisar antara 30-300 koloni. Metode cawan dengan
jumlah koloni yang tinggi (>300) sulit untuk dihitung sehingga kemungkinan
kesalahan perhitungan sangat besar. Pengenceran sampel membantu untuk
memperoleh perhitungan jumlah yang benar, namun pengenceran yan terlalu tinggi
akan mengahasilkan jumlah koloni yang rendah/menghancurkan koloni. Metode
perhitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah
mikroba.
Keuntungan:
a) Hanya sel yang hidup
yang dapat dihitung.
b) Beberapa jenis mikroba
dapat dihitung sekaligus.
c) Digunakan untuk isolasi
& identifikasi mikroba
Kerugian:
a) Hasil perhitungan tidak
menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya karenabeberapa sel yang berdekatan
membentuk satu koloni.
b) Media dan kondisi yang
berbeda menghasilkan nilai yang berbeda pula.
c) Mikroba yang tumbuh
harus pada media padat dan membentuk koloni yang kompak,jelas serta tidak
menyebar.
d) Memerlukan persiapan dan
waktu inkubasi beberapa hari sehingga pertumbuhankoloni baru dapat dihitung
Metode cawan ada dua
cara:
i.
Metode tuang (pour plate)
ii.
Metode permukaan (surface plate)
i.
Metode tuang
Hal-hal
yang harus diperhatikan adalah pengenceran sampel dan memasukkan hasil
pengenceran tersebut. Pada pembuatan pengenceran, diambil 1 ml larutan uji dan
dimasukkan dalam cawan petri kemudian dimasukkan ke media cair steril dengan
suhu kira-kira 50oC sebanyak 15 ml (sebaiknya selama penuangan tutup
cawan jangan dibuka terlalu lebar untuk menghindari kontaminasi). Cawan petri
digerakkan di atas meja dengan gerakan melingkar seperti angka 8, gunanya untuk
menyebarkan sel mikroba secara merata. Setelah agar memadat, cawan
diinkubasikan dalam inkubator denganposisi terbalikpada suhu 35oC-37oC
selama 24 jam. Koloni yang terbentuk dihitung dengan Quebec Colony Counter.
Larutan pengencer yang biasa digunakan adalah NaCl 0,9%; larutan buffer
fosfat, atau larutan ringger.
ii.
Metode permukaan
Caranya:
media cair steril dituang terlebih dahulu ke dalam cawan petri, setelah membeku
dituang 0,1 ml sediaan yang telah diencerkan, lalu diratakan dengan alat
pengusap di atas permukaan media, kemudian diinkubasi dalam inkubator. Cara ini
dilakukan minimal duplo (2 kali), misalkan yang pertama 60 koloni dan yang
kedua 64 koloni.
9.
Berdasarkan
Jumlah Koloni
Cara ini paling umum digunakan untuk
perhitungan jumlah mikroba. Dasarnya adalah membuat suatu seri pengenceran
bahan dengan kelipatan 10 dari masing-masing-masing pengenceran diambil 1 cc
dan dibuat taburan dalam Petridis (pour plate) dengan medium agar yang macam
dan caranya tergantung pada macamnya mikroba. Setelah diinkubasikan dihitung
jumlah koloni tiap Petridis dari masing-masing pengenceran. Dari jumlah koloni
tiap Petridis dapat ditentukan jumlah bakteri tiap cc atau gram bahan, yaitu
dengan mengalikan jumlah koloninya dengan pengenceran yang dipakai.
jumlah koloni bakteri yang didapat x
pengenceran
|
45 koloni bakteri x 103 = 45.000
bakteri.
Untuk membantu menghitung
jumlah koloni dalam Petridis dapat digunakan “colony counter” yang biasanya
dilengkapi dengan register elektronik. Pada perhitungan dengan cara ini
diperlukan beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain:
a) Jumlah
koloni tiap Petridis 30-300.
Jika memang tidak ada yang memenuhi
syarat, dipilih yang jumlahnya mendekat 300.
b) Tidak
ada koloniyang menutup lebih besar dari setengah luas Petridis, koloni tersebut
dikenal sebagai “speader”
c) Perbandingan
jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang berturut-turut antara pengenceran
yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari
2 hasilnya dirata-rata, tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai jumlah
mikroba dari hasil pengenceran sebelumnya.
d) Jika
dengan pengulangan pemeriksaan (duplo) setelah memenuhi syarat hasilnya
dirata-rata.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Jumlah
mikroba suatu bahan dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara, tergantung
pada bahan dan jenis mikroba yang ditentukan.
Ada dua
cara penghitungan jumlah mikroba yaitu
1.
Penghitungan
jumlah mikroba secara langsung (direct method)
Cara ini
dipakai untuk menentukan jumlah mikroba secara keseluruhan baik yang mati
maupun yang hidup.
2.
Penghitungan
jumlah mikroba secara tidak langsung (indirect method)
Cara ini
dipakai untuk menentukan jumlah mikroba secara keseluruhan baik yang hidup
maupun yang mati atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja
tergantung cara yang digunakan.
- KRITIK DAN SARAN
Demikianlah makalah ini penulis buat
dengan masih terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk tercapainya suatu kesempurnaan sesuai
dengan kaidah-kaidah penulisan makalah.
DAFTAR
PUSTAKA
https://
nurhidayat.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/perhitungan-mikrob.ppt